Monday, May 14, 2007

pembelajaran bahasa berbantuan komputer

http://artikel.us/mangkoes6-04-2.html

Artikel:
PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI TINGKAT PERSEKOLAHAN


Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan (exposure) media massa), karena media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya-sebagaimana dapat dibaca di surat kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau internet-telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya
Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi.

Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan bergesernya peranan guru-termasuk guru IPS-sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber-terutama dari media media massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet.

Media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan :

1. Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;.

2. Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;

3. Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa daripada dari orang lain;

4. Para guru IPS perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya; dan

5. Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya.
Media massa dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, karena media massa pada hakekatnya merupakan representasi audio-visual masyarakat itu sendiri. Sehingga fenemona faktual yang terjadi di masyarakat, dapat secara langsung (live) diliput dan ditayangkan media massa (melalui siaran televisi atau radio, misalnya). Pemanfaatan media massa artinya penggunaan berbagai bentuk media massa, baik cetak maupun elektronik untuk tujuan tertentu-yang dalam kajian ini disebut sebagai sumber pembelajaran IPS.

Guru dapat memanfaatkan atau memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS secara optimal dan efektif sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran IPS melalui tiga cara, yaitu :

1. media massa dapat memperbaiki bagian konten dari kurikulum IPS;

2. media massa dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan

3. media massa dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial, khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial.(Clark, 1965 : 46-54).

Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, maka, terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa, yaitu :

1. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik;

2. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa;

3. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan

4. Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.

F. Penutup

Berdasarkan kajian teoretik, ternyata :

1. Kelemahan kadar pembelajaran IPS selama ini terletak pada, antara lain : teacher centered, cenderung naratif/ekspositori, dan kurang mengoptimalkan sumber pembelajaran (baik by design maupun by utilization).

2. Pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran, diyakini dapat meningkatkan kadar pembelajaran IPS.

3. Media massa adalah sesuatu yang sangat berpengaruh di dalam pembelajaran IPS.

Kemudian, berdasarkan kajian empirik, ternyata : para siswa-di tingkat persekolahan yang memanfaatkan media massa sebagai sumber pembelajarannya cenderung lebih baik hasil belajar IPS-nya daripada yang tidak memanfaatkannya.

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977). The Definition of Educational Technology, Association for Educational Communication and Technology,.

Al Muchtar, S. (2000). Epistemologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Gelar Pustaka Mandiri.

Buntoro, T.M.R.S. (1977). "Penelitian mengenai Prestasi Sekolah Anak dalam Hubungannya dengan Kegemaran Membaca". Jurnal Psikologi Indonesia, 2, 43-54.

Clark, L.H. (1965), Social Studies and Mass Media. Plainfield, N.J. : New Jersey Secondary School Teachers Association).

Galagher, N. (2002). Recognising Bias and Distortion in Television News Programs. [Online]. Tersedia : http://hsc.csu.edu.au/pta/scansw/bias.htm. [10 Nopember 2002].

Hamalik, Oemar. (1982). Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah-FPIPS IKIP Bandung.

Karnadi dan Sutisno, P.C. (Eds.) (2001). "Minat Pelajar SMU dan Mahasiswa terhadap Pendidikan Demokrasi melalui Siaran Televisi". Teknodik. V (9), 27-38.

McLuhan, M. (1964). Understanding Media : The Extensive of Man. New York : McGraw-Hill.

Mustofa, H. (2001). "Pemanfaatan Media Cetak dalam Pembelajaran IPS". Jurnal Ilmu Pendidikan, 8 (4), 328-333.

NCSS. (2002). Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies Curriculum. [Online]. Tersedia : http://www.mediad.org/studyguides/ Strategies for Integrating Media Literacy/html. [10 Nopember 2002].

NCSS. (2003). Curriculum Standard for the Social Studies. [Online]. Tersedia : http://www.ncss.org/. [14 Pebruari 2003].

Rakhmat, J. (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung : CV. Remadja Karya.

Rumampuk, D.B. (1988). Media Instruksional IPS. Jakarta : P2LPTK-Ditjen Dikti Depdikbud.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-UPI dan PT. Remadja Rosda Karya.

Splaine, J.E. (1991). "The Mass Media as An Influence on Social Studies". Dalam Shaver, J.P. (Ed.) (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning. New York : MacMillan Publishing Co.

Sutisno, .P.C. (1999). "Pengaruh Media Televisi terhadap Pendidikan : Kajian Dampak Media Massa". Teknodik. IV (7), 20-43.

Tan, A.S. (1981). Mass Communication Theories and Research. Ohio : Grid Publishing, Inc.

Tandowidjojo, JVS. (1985). Media Massa dan Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Toffler, A. (1981). The Third Wave. New York : Bantam Books.

Venus, A. (2000). "The Role of Media Educatioan in Developing Children`s Critical Thinking Toward TV Programs". MediaTor, 1 (1), 57-61.

Waldopo. (2000). "Potensi Televisi sebagai Media Pendidikan dan Pembelajaran". Teknodik. IV (8), 53-58.

Welton, D.A. dan Mallan, J.T. (1988). Children and Their World : Strategies for Teaching Social Studies. Boston : Houghton Mifflin Company.

Wronski, S.P. (1971). "Teaching of Contemporary Affairs", dalam Deighton, L.C. (Ed.). The Encyclopedia of Education. Vol. 2. USA : MacMillan and Free Press.

Saya arief a. mangkoesapoetra setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

SLTP&SDHomePageSekolahMenengahHomePagePerguruanTinggiHomePageCariPekerjaan?-IndoStaffKomputer,Internet,TeknologiSekola2,Siswa/i,EraPerkembangan

Print Halaman Ini

PERANAN DAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN MATERI

Kejayaan pelaksanaan Pembelajaran Masteri di bilik darjah amat bergantung kepada kecekapan dan ketrampilan guru dalam merancang dan menguruskan aktiviti pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran Masteri bukanlah perkara yang baru kerana langkah yang terlibat dalam Pembelajaran Masteri sudah pun disarankan dalam KBSR dan KBSM. Adalah penting guru mempunyai kemahiran tertentu untuk menangani murid yang mempunyai pelbagai kebolehan dan aras pembelajaran.

Oleh itu, guru bersama muridnya perlu mempunyai rasa tanggungjawab dalam menentukan proses pengajaran dan pembelajaran berlaku dengan lebih berkesan. Sesungguhnya peranan dan tugas guru amat penting dalam melaksanakan Pembelajaran Masteri. Antaranya ialah :

Guru sebagai Perancang Pengajaran

1. Guru seharusnya menyedari semua muridnya mampu belajar. Dengan ini, guru akan memberi peluang yang mencukupi untuk murid menguasai sesuatu Hasil Pembelajaran.

2. Guru berperanan sebagai pemimpin, pembimbing, pengajar dan fasilitator pembelajaran. Peranan ini boleh disesuaikan mengikut strategi yang digunakan oleh guru. Jika guru memilih mengajar secara kelas misalnya, guru akan lebih berperanan sebagai pemimpin dan pengajar, manakala jika guru mengajar secara kumpulan kecil atau murid memanfaatkan penggunaan teknologi maklumat maka peranan guru pula lebih kepada sebagai seorang fasilitator.

3. Guru merancang dan mengenal pasti Hasil Pembelajaran bagi setiap unit pembelajaran yang perlu dikuasai.

4. Guru menyusun unit pembelajaran mengikut urutan yang bersesuaian dengan Hasil Pembelajaran, contohnya daripada yang mudah kepada yang sukar dan memastikan perkara asas diajar di peringkat awal.

5. Guru memilih, mengubahsuai dan merancang pelbagai strategi, kaedah, aktiviti dan bahan untuk pengajaran dan pembelajaran, aktiviti pengayaan dan pemulihan bagi murid menguasai Hasil Pembelajaran. Guru Sebagai Pengurus Pembelajaran dalam Pembelajaran Masteri, guru bukan sahaja berperanan untuk menguruskan pembelajaran bagi memastikan Hasil Pembelajaran dicapai, tetapi juga mengurus muridnya.

Peranan guru sebagai pengurus pembelajaran adalah :

1. Guru menentukan secara spesifik perkara yang perlu dipelajari.

2. Guru memotivasikan murid untuk mempelajarinya.

3. Guru membekalkan murid dengan bahan pengajaran dan pembelajaran yang sesuai.

4. Guru melaksanakan pengajaran dan pemelajaran mengikut kadar yang sesuai untuk setiap murid.

5. Guru mengawasi dan memantau kemajuan pembelajaran dan pencapaian murid.

6. Guru mendiagnosis kesukaran pembelajaran yang dihadapi oleh murid dan menyediakan cara terbaik mengatasi kesukaran itu.

7. Guru memberi pujian dan galakan kepada murid yang memperoleh peningkatan dalam pembelajaran.

8. Guru menjalankan ulang kaji dan latihan yang boleh mengekalkan semangat murid untuk belajar pada jangka masa yang panjang.

9. Guru mempelbagaikan penggunaan bahan sokongan pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan menarik termasuk penggunaan multi media, lembaran kerja, buku teks, majalah, akhbar dan modul pembelajaran kendiri.

Guru sebagai Penilai Pembelajaran

1. Guru merancang dan membina item ujian formatif dan sumatif serta membuat analisis item ujian dan respons murid bagi tujuan mendapatkan maklumat tentang tahap penguasaan setiap murid.

2. Guru seharusnya dapat melihat penilaian formatif dan sumatif ini sebagai alat pengajaran dan pembelajaran. Ini bermaksud maklum balas yang diperoleh dari penilaian ini dapat digunakan dengan berkesan uantuk tujuan meningkatkan pengajaran dan pembelajaran serta motivasi murid untuk terus belajar.

3. Guru mentadbir ujian dan memeriksa respons murid.

4. Guru mendapat maklum balas tentang apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh murid melalui ujian diagnostik.

5. Guru menganalisis dan mentafsirkan hasil ujian bagi mengenal pasti murid yang telah menguasai Hasil Pembelajaran dan murid yang belum lagi menguasainya.

6. Guru membenarkan murid yang telah menguasai Hasil Pembelajaran menjalani aktiviti pengayaan atau menjadi tutor kepada rakan se kelas atau ke unit pembelajaran seterusnya. Peranan dan tugas guru seperti yang dinyatakan memerlukan guru mempertingkatkan pengetahuan dan kemahiran supaya lebih bersedia melaksanakan pendekatan Pembelajaran Masteri di sekolah.

http://myschoolnet.ppk.kpm.my/pNp/pm/nota_guru.htm

GEMA

Online Journal of Language Studies
School of Language Studies and Linguistics, Faculty of Social Sciences and Humanities,
Universiti Kebangsaan Malaysia




Home | Current Issue | Archives | Acknowledgements| Links | Feedback | Contact |

Vol.4(1)2004
ISSN1675-8021

Penggunaan PBBK(Pembelajaran Bahasa Berbantukan Komputer)
dalam pengajaran dan pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa asing:
Satu tinjauan awal.

Ashinida Aladdin
Afendi Hamat
Mohd. Shabri Yusof

Pusat Pengajian Bahasa dan Linguistik
Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan
Universiti Kebangsaan Malaysia
ashi@pkrisc.cc.ukm.my, fendi@pkrisc.cc.ukm.my, msy@pkrisc.cc.ukm.my

Abstrak

Memandang kepada ledakan teknologi maklumat yang semakin pesat, penggunaan komputer telah terbukti mempunyai potensi yang cukup luas dan dinamik dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa. Kajian penggunaan komputer dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab yang dijalankan ini, adalah satu kajian awal yang respondennya terdiri daripada 40 orang guru bahasa Arab dari sekolah agama berasrama penuh di Malaysia iaitu Kolej Islam Sultan Alam Shah, Kelang, Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Kajang dan Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Labu. Kajian dikendalikan menggunakan tinjauan.dan bagi tujuan pengumpulan data, borang soal-selidik telah diedarkan kepada subjek kajian yang dipilih dan seterusnya data ini dianalisis secara deskriptif. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui skop penggunaan komputer di kalangan guru dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab di sekolah yang dipilih di atas. Kajian ini juga bertujuan untuk mendapatkan maklum balas daripada guru-guru yang mengajar bahasa Arab tentang persepsi, tahap kesediaan dan peranan mereka dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer. Hasil kajian yang diperolehi menunjukkan bahawa guru mempunyai persepsi yang sangat baik terhadap PBBK. Para guru juga telah menunjukkan kesediaan yang tinggi untuk menghadiri apa jua bentuk latihan yang berkaitan dengan PBBK bagi memastikan agar ianya dapat berjalan dengan lancar dan jayanya. Di bahagian akhir, pengkaji telah menyarankan beberapa cadangan untuk penggunaan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berdasarkan dapatan kajian.

Abstract

Due to the rapidly evolving field of ICT, its influence is felt strongly in almost every other discipline, including education. This research of using computer assisted language learning (CALL) in teaching and learning Arabic language is a preliminary research which was done on 40 Arabic language teachers from three religious boarding school in Malaysia namely Kolej Islam Sultan Alam Shah, Kelang, Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Kajang and Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Labu. This is basically a descriptive study conducted with the use of surveys via questionnaires. To obtain the data, questionnaires were distributed among the samples and were analyzed descriptively. This study aims to gauge the scope of use of computers in the teaching and learning of Arabic in the schools mentioned above. The study collected feedback from Arabic language teachers on their perception, level of readiness and understanding of their roles in the use of CALL in their schools. The initial findings indicate a very good level of perception and attitude among the teachers surveyed. The study also finds high level of readiness among the teachers to undergo training in order to prepare themselves for the use of CALL. Overall, the findings indicate an encouraging environment for the implementation of CALL in the teaching and learning of Arabic at the schools surveyed.

Pendahuluan

Revolusi teknologi maklumat sejak akhir-akhir ini membuat ramai pihak berminat untuk mengintegrasikan komputer dalam bidang tugasan masing-masing. Ini termasuklah golongan guru dan pendidik daripada pelbagai bidang. Dalam bidang pengajaran bahasa, penggunaan komputer sebenarnya telah bermula sejak 30 tahun yang lalu. Pembelajaran Bahasa Berbantukan Komputer (PBBK) atau lebih dikenali sebagai CALL (Computer Assisted Language Learning) telah mula dipelopori sejak dari 1960an lagi. Semenjak daripada itu, CALL sendiri telah melalui tiga fasa yang berbeza (Warschaur 1996). Fasa-fasa ini dikenali sebagai “behavioristic CALL”, “communicative CALL” dan “integrative CALL”.

Fasa behavioristic mula dikonsepsikan pada akhir 1950an dan mula meluas pengaruh dan kesannya pada tahun 1960an. Fasa ini dipengaruhi dengan kuat oleh teori pembelajaran yang dominan ketika itu iaitu teori pembelajaran behaviorisme. Fasa ini dipenuhi dengan program latihan dan pembelajaran yang berbentuk latih tubi dan praktis (drill and practise) yang dilakukan secara berulang-ulang. Antara sistem yang paling dikenali dalam fasa ini ialah PLATO yang mengandungi latih-tubi untuk perbendaharaan kata, nahu dan terjemahan (Ahmad, Corbett, Rogers & Sussex 1985). Antara rasional penggunaan PBBK secara behavioristic ini adalah:

  • Pendedahan yang berulang kali kepada bahan pengajaran yang sama bukan sahaja dapat membantu pengajaran, malah sangat penting untuk pembelajaran yang berjaya.
  • Komputer sesuai digunakan untuk latihan berbentuk latih-tubi kerana ia merupakan sebuah mesin atau alat yang tidak akan jemu mempersembahkan bahan pengajaran yang sama berulang kali. Selain daripada itu, ia juga boleh memberi maklum balas dengan serta merta kepada pelajar.
  • Komputer juga boleh mempersembahkan bahan pengajaran yang telah disusun mengikut tahap induvidu. Ini membolehkan pelajar belajar mengikut tahap dan kemampuan masing-masing.

Fasa kedua iaitu communicative CALL, mula digunakan secara meluas pada tahun 1970an dan 1980an. Ia berasaskan pendekatan pembelajaran bahasa secara komunikatif yang menolak pendekatan berbentuk behaviorist dengan alasan bahawa pendekatan behaviorist tidak dapat membantu dalam menyediakan pelajar untuk berkomunikasi dengan lebih berkesan dan bermakna. Menurut Underwood (1984), communicative CALL adalah:

a. Lebih mengutamakan penggunaan bahasa daripada pembelajaran berbentuk bahasa.

b. Mengajar nahu secara tidak langsung dan bukannya secara langsung.

c. Mengajar pelajar untuk menghasilkan pertuturan sendiri dan asli daripada mengulangi bahagian atau unit yang telah disediakan.

d. Tidak mengadili atau menilai pelajar dan tidak memberikan sebarang bentuk hadiah atau rangsangan.

e. Mengelakkan memberitahu pelajar bahawa mereka adalah salah dan lebih fleksibel bila menilai respon pelajar.

Fasa ketiga dan yang terbaru iaitu integrative CALL dipengaruhi oleh dua kemajuan utama dalam dekad yang lepas – komputer multimedia dan Internet. Bagi komputer multi media yang lebih dikenali dengan CD-ROM, telah memboleh kita mencapai maklumat dalam berbagai bentuk media seperti teks, grafik bunyi, animasi dan video hanya melalui sebuah alat. Seperkara lagi yang menjadikan multi media sungguh berkesan penggunaan nya dalam pembelajaran bahasa ialah pertautannya dengan hypermedia yang bermaksud jalinan semua rangkaian maklumat multimedia bagi memudahkan para pelajar menjana apa jua maklumat yang diingininya yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa tanpa bantuan dari guru. Hypermedia dapat membantu pembelajaran bahasa dengan lebih berkesan dengan mewujudkan situasi sebenar di mana pelajar dapat melihat di skrin serta mendengar sebutan, ucapan atau perbualan dalam satu masa, seolah-olah mereka berada di dalam situasi tersebut ketika proses PBBK berjalan.

Melalui Internet pula, pembelajar bahasa dapat berkomunikasi secara langsung dengan begitu selesa dengan penutur asli ataupun pembelajar bahasa yang lain tanpa mengira masa, tempat dan tanpa membayar kos yang tinggi melalui aktiviti seperti e-mel ataupun World Wide Web (WWW) yang membolehkan pelajar mencapai maklumat dan menjana bahan pembelajaran asli seperti surat khabar, majalah, artikel, ulasan buku atau filem dalam masa yang sungguh singkat.

Bagi melaksanakan PBBK melalui Internet, beberapa persoalan perlu dibangkitkan iaitu; bagaimanakah guru dapat mengawal segala maklumat yang dijana oleh pelajar; dan bagaimanakah guru dapat memberi maklumat yang berguna dan mudah difahami kepada pelajar secara optima ketika menjalankan aktiviti melalui Internet.

Fox (1998) mencadangkan tiga asas utama yang perlu diberi perhatian oleh guru bagi menjayakan aktiviti Internet iaitu:

1. Guru perlu mengintegrasikan beberapa kemahiran bahasa dalam satu pelajaran seperti aktiviti menulis surat kepada rakan pena melalui e-mel di integrasikan dengan kemahiran menulis.

2. Guru dan pelajar perlu meningkatkan tahap penguasaan kemahiran menggunakan komputer.

3. Guru perlu melibatkan diri secara aktif dalam membimbing dan memberi dorongan serta galakan kepada pembelajar bahasa bagi mengelakkan mereka merasa kecewa dan putus asa ketika menghadapi kesukaran dan masalah dalam pengunaan Internet.

Warschauer (1997) pula mencadangkan lima garis panduan bagi membantu para guru mengendalikan aktiviti bahasa melalui jaringan komputer di dalam kelas pembelajaran bahasa kedua begitu juga dalam kelas bahasa asing iaitu:

1. Para guru perlu memastikan objektif mereka ketika PBBK di mana guru perlu jelas mengapa penggunaan komputer dalam pembelajaran bahasa lebih berjaya jika dibandingkan dengan pembelajaran bahasa secara tradisional. Alasan menggunakan Internet juga harus merangkumi pelbagai aspek diantaranya untuk meningkatkan lagi motivasi pelajar terhadap pembelajaran bahasa disamping menigkatkan lagi penguasaan terhadap penggunaan komputer. Guru juga perlu pastikan bahawa aktiviti yang dijalankan melalui komputer adalah aktiviti yang menarik yang tidak dapat dilakukan melalui buku teks.

2. Para guru perlu melibatkan diri dalam aktiviti PBBK yang dijalankan dengan mengintegrasikan kemahiran-kemahiran bahasa dalam pengajaran mereka.

3. Para guru adalah dinasihatkan agar tidak memandang remeh terhadap kesulitan yang timbul ketika proses pembelajaran bahasa berbantukan komputer berjalan kerana kemungkinan terdapat pelajar yang kurang mahir dalam mengendalikan Internet. Bagi mengatasi masalah dan kesulitan tersebut, guru perlu mengambil masa yang agak panjang untuk melatih mereka. Selain daripada kesulitan tersebut, terdapat juga masalah lain dalam pengendalian PBBK seperti masalah teknikal yang melibatkan komputer dan perisian yang tidak dapat berfungsi dengan baik, terlalu lama menunggu untuk mencapai satu-satu laman web dan lain-lain lagi yang perlu di beri perhatian oleh guru.

4. Para guru digalakkan supaya memberi sokongan dan motivasi yang berterusan kepada para pelajar supaya terus menggunakan Internet meskipun terdapat beberapa kesulitan dan kesukaran seperti yang dinyatakan seperti di atas. Bagi mengisi masa pelajar ketika berlakunya gangguan dan kesulitan tersebut, guru bolehlah mengedarkan nota, mengadakan sesi latihan pendek, menggalakkan pelajar membuat aktiviti secara berpasangan atau berkumpulan untuk membantu pelajar yang lemah dalam pengendalian komputer dan lain-lain aktiviti yang dapat menggalakkan pelajar agar tidak berasa kecewa atau putus asa.

5. Para guru juga digalakan supaya melibatkan para pelajar dalam membuat keputusan sendiri ketika membuat aktiviti bahasa melalui Internet. Guru akan membimbing pelajar dalam menentukan fokus pembelajaran bahasa dalam sesuatu topik yang dipelajarinya dan tidaklah hanya bergantung kepada guru sahaja.

Kedua-dua kemajuan yang dinyatakan di atas, iaitu komputer multi media dan Internet ini, membolehkan proses integrasi media berlaku dan ianya juga merupakan platform yang lebih berkesan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran bahasa berbantukan komputer melalui integrative CALL boleh dilakukan secara menyeluruh dan merangkumi semua aspek kemahiran bahasa.

Kajian Lepas Mengenai Pandangan Guru Terhadap PBBK

Hannafin dan Freeman (1995) menyatakan bahawa pandangan guru terhadap proses pengkayaan ilmu akan mempengaruhi pendapat mereka terhadap penggunaan PBBK dalam kelas mereka. Pandangan mereka boleh dilihat dari perspektif objektivisme atau dari perspektif konstruktivisme. Mereka yang berpandangan secara objektivisme percaya bahawa pengetahuan wujud secara bebas dan pembelajaran adalah proses pemindahan pengetahuan dari luar ke dalam minda pelajar. Ini berbeza dengan pandangan konstruktivisme yang berpendapat bahawa pengetahuan wujud dalam minda pelajar dan dibentuk secara unik oleh pengalaman dan pembelajaran adalah hasil dari usaha pengajar membentuk pengetahuan dalam minda pelajar.

Mereka yang cenderung kepada pendapat konstruktivisme adalah para guru yang lebih berkemungkinan akan berpandangan positif terhadap penggunaan PBBK . Ini adalah kerana PBBK membolehkan pelajar menjadi lebih berdikari dan proaktif dalam pembelajaran mereka.

Kajian perbandingan antara PBBK dan teknik pengajaran bahasa secara tradisional menunjukkan bahawa penggunaan PBBK telah membantu memperbaiki kemahiran linguistik pelajar (Rohaya, 1991; Jamaleah Ismail, 1996), meningkatkan motivasi pelajar dan mengurangkan masa yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu konsep (Adi Afzal Ahmad, 1996; Ismail I, 1996; Zubaidah Zakaria, 1996).

Walaupun terdapat banyak kajian mengenai pelajar dan CALL di Malaysia, kajian mengenai PBBK dan guru tidaklah berapa meluas. Norizan Abd. Razak dan Sallehudin Rashid (1996) menyatakan bahawa daripada jumlah 392 guru bahasa yang dikaji, 69.4% menyatakan minat mereka untuk mengintegrasikan PBBK dalam pengajaran mereka dan 85% menyatakan kesediaan mereka untuk menghadiri bengkel-bengkel mengenai PBBK. Dalam satu kajian yang dilakukan oleh Norfariza Sulaiman (1998), sebanyak 80% daripada 50 orang guru mengatakan mereka pernah mendengar mengenai PBBK dan 98% mengatakan bahawa mereka sangat berminat untuk menghadiri kursus tentang CALL.

Satu kajian yang dijalankan oleh Said bin Draman (2001) di beberapa buah sekolah agama dan sekolah menengah harian yang beraliran agama di Daerah Hulu Langat mendapati bahawa guru-guru bahasa Arab mempunyai persepsi yang baik terhadap pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer walaupun hanya 22.5% sahaja yang pernah menghadiri kursus dan seminar mengenainya manakala 77.5% lagi tidak pernah menghadiri sebarang bentuk kursus dan seminar mengenai pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer.

Wan Zumusni Wan Mustapha (1998) cuba memahami pandangan guru mengenai PBBK dengan meminta mereka mencuba satu pakej pembelajaran multimedia dan memberikan pandangan mereka. Hasil kajian itu telah menunjukkan satu pandangan yang amat positif daripada guru-guru tersebut terhadap PBBK. Namun begitu, para guru masih lagi belum bersedia untuk menghasilkan pakej pembelajaran mereka sendiri dengan perisian authoring yang ada. Ini bermakna para guru masih lagi terpaksa bergantung kepada pakej PBBK yang dihasilkan oleh orang lain dan selalunya pakej sebegini tidak dapat memenuhi semua keperluan pembelajaran dengan memuaskan.

Walaupun terdapat banyak respon yang positif tentang penggunaan PBBK, ada juga guru yang masih merasa tergugat dengan kehadiran komputer di dalam kelas mereka. Ini berpunca daripada salah faham, kurangnya kefahaman mengenai peranan komputer dan PBBK dan kurangnya kemahiran teknikal tentang penggunaan komputer (Hertz, 1987; Gunter & Murphy, 2001). Ini tidaklah memeranjatkan kerana kebanyakan guru masih belum mendapat pendedahan yang mencukupi mengenai penggunaan komputer dan PBBK dalam pendidikan.

Tahap pendedahan yang mencukupi adalah perlu jika guru-guru hendak menggunakan PBBK dalam pengajaran mereka. Tanpa pendedahan yang mencukupi, terdapat kemungkinan besar yang guru-guru akan menggunakan PBBK dengan cara yang tidak betul atau kurang efisyen. Ini mungkin akan mematahkan semangat mereka untuk terus menggunakan PBBK kerana hasil penggunaan awal kurang memberangsangkan.

Terdapat juga persoalan mengenai tahap persediaan daripada segi teknikal di kalangan guru-guru. Ini satu persoalan yang kritikal kerana penggunaan PBBK akan melibatkan pelaburan wang dan sumber yang agak besar. Guru-guru yang hendak menggunakan PBBK mestilah terlatih atau sekurang-kurangnya mempunyai kemahiran teknikal yang mencukupi.

Sungguhpun kajian-kajian awal telah membuktikan keberkesanan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, namun di Malaysia ianya masih belum mendapat perhatian yang meluas (Hussin, 1994). Di Malaysia, kajian mengenai PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggeris telahpun dijalankan. Walau bagaimanapun, kajian terhadap penggunaan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing belum lagi dijalankan. Justeru itu, pengkaji merasakan perlunya satu kajian di peringkat awal bagi mengkaji penggunaan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab.

Matlamat Kajian

Matlamat kajian ini dijalankan ialah untuk:

1. Mengetahui skop penggunaan komputer di kalangan guru dalam pengajaran dan pembelajaran (P&P) bahasa Arab di sekolah yang dipilih.

2. Mendapatkan maklum balas daripada guru tentang tahap kemahiran, persepsi, tahap kesediaan dan peranan mereka dalam P&P bahasa Arab dengan menggunakan PBBK.

3. Mengutarakan cadangan-cadangan yang berkaitan dengan penggunaan komputer dalam P&P bahasa Arab berdasarkan hasil kajian.

Metodologi Kajian

Memandangkan bahawa kajian ini adalah kajian deskriptif, kajian ini dikendalikan menggunakan tinjauan. Dalam mengendalikan tinjauan ini, borang soal-selidik diedarkan kepada subjek kajian yang dipilih.

Tempat dan Subjek Kajian

Kajian ini telah dijalankan di tiga buah sekolah agama berasrama penuh di Malaysia iaitu di Kolej Islam Sultan Alam Shah, Kelang, Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Kajang dan Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Labu. Ketiga-tiga buah sekolah di atas dipilih secara ‘purposive sampling’ dengan kriteria berikut:

  • Sekolah yang mendapat bantuan penuh kerajaan.
  • Sekolah tersebut mempunyai kemudahan prasarana yang mencukupi seperti komputer, bahan-bahan pengajaran yang terkini dan makmal bahasa.
  • Para guru sentiasa mendapat input dan informasi yang mutakhir untuk meningkatkan lagi proses pengajaran dan pembelajaran mereka.

Pengkaji telah mendapat respon yang amat baik daripada sampel kajian yang terdiri daripada 40 orang guru bahasa Arab daripada ketiga-tiga buah sekolah di atas. Daripada 40 orang guru bahasa Arab ini, 17 orang daripadanya adalah guru lelaki dan bakinya 23 orang lagi ialah guru wanita. Seramai 21 orang atau 52.5% daripada guru-guru tersebut berumur di antara 25 - 35 tahun, 7 orang atau 17.5% daripadanya berumur di antara 36 – 40 tahun, 10 orang atau 25% berumur 41 – 45 tahun dan 2 orang atau 5% berumur di antara 46 – 50 tahun. Faktor usia adalah salah satu faktor yang penting yang mempunyai kaitan dengan penggunaan teknologi maklumat di mana hasil kajian menunjukkan sebahagian besar guru-guru yang berusia antara 25 hingga 45 tahun mempunyai minat dan respon yang positif dalam penggunaan komputer dalam P&P mereka.

Alat Kajian

Untuk tujuan kajian ini, alat yang digunakan untuk memperoleh data ialah borang soal-selidik. Soal-selidik tersebut terdiri daripada 4 bahagian. Bahagian pertama, menyenaraikan maklumat tentang latarbelakang guru yang merangkumi jantina, umur dan tahap kemahiran menggunakan komputer. Bahagian kedua, terdiri daripada soalan yang meninjau skop penggunaan komputer dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab. Bahagian ketiga, merupakan soalan yang meninjau tentang persepsi guru terhadap pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer. Bahagian akhir pula terdiri daripada soalan yang menyelidiki tentang peranan dan tahap kesediaan guru dalam P&P bahasa Arab berbantukan komputer.

Dapatan Kajian

Data yang diperolehi dalam soal-selidik ini dinilai. Data menunjukkan bahawa reaksi sebahagian besar guru dan pelajar terhadap P&P bahasa Arab menggunakan PBBK adalah positif.

Dapatan dan Penafsiran Soal-Selidik Guru

1)Skop penggunaan komputer dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer.



Rajah 1. Skop penggunaan komputer dalam P&P bahasa Arab berbantukan komputer.

Seramai 10 orang guru sahaja atau 25% yang menggunakan komputer dalam kelas bahasa mereka sebagai aktiviti pemulihan dan pengukuhan serta menjadikannya sebagai bahan rujukan tambahan kepada para pelajar, sementara 30 orang lagi atau 75% mengatakan mereka tidak menggunakan komputer dalam P&P bahasa Arab dalam kelas mereka. Di antara bahan yang digunakan adalah CD-ROM yang didapati di pasaran yang bersesuaian dengan tahap pelajar dan ada yang melayari laman sesawang iaitu almaktoob.com dan arabicnew.com

Daripada statistik ini dapat dilihat bahawa skop penggunaan komputer dalam kelas amatlah minimum atas beberapa sebab di mana 20 orang atau 50% daripada para guru menyatakan bahawa tiada prasarana ataupun kemudahan yang mencukupi yang disediakan di sekolah seperti kekurangan komputer dan kekurangan kakitangan dalam mengendalikan kerja-kerja teknikal. 16 orang pula atau 40% menyatakan bahawa tiada kebolehan ataupun latihan dan juga pendedahan yang mencukupi bagi mereka untuk melaksanakan PBBK dalam P&P mereka. Dalam situasi ini, pengkaji beranggapan, sekiranya para guru ini diberi latihan dan pendedahan yang mencukupi, mereka akan dapat melaksanakan PBBK dalam P&P mereka.



Rajah 2. Sebab Tidak Menggunakan Komputer Dalam P&P

Walau bagaimanapun, terdapat seorang guru atau 2.5% yang tidak berminat dalam menggunakan komputer dan 3 lagi atau 7.5% tidak tahu apa-apa mengenai PBBK. Jumlah ini adalah kecil dan pengkaji mencadangkan supaya sebarang kursus kemahiran yang hendak dikendalikan yang berkaitan dengan PBBK, ianya haruslah mengambil kira minoriti yang tidak berminat dalam penggunaan komputer dalam kelas bahasa mereka. Ini berpadanan dengan dapatan kajian yang dijalankan oleh Norizan Abdul Razak dan Salleh-Huddin Abdul Rashid (1997) yang menyarankan bahawa guru-guru perlu mrngikuti kursus-kursus komputer terutamanya yang berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa kerana hasil kajian beliau mendapati terlalu kurang guru yang mendapat latihan penggunaan komputer khususnya dalam pengajaran bahasa.

2. Tahap kemahiran menggunakan komputer



Rajah 3. Tahap kemahiran menggunakan komputer

Seramai 4 orang atau 10% daripada guru bahasa Arab merasakan mereka mempunyai tahap kemahiran yang tinggi dalam menggunakan komputer dan hampir separuh atau 47.5% yang mewakili 19 orang guru adalah mahir menggunakan komputer. Ini bermakna guru yang mempunyai tahap kemahiran yang tinggi dalam penggunaan komputer kemungkinan tidak mempunyai masalah sekiranya diberi latihan untuk PBBK dalam P&P bahasa Arab kerana mereka dapat memahami dengan mudah dan cepat. Begitu juga dengan guru yang mahir dalam penggunaan komputer, di mana mereka dapat dibimbing dengan mudah sekiranya diberi latihan dan kursus yang berkaitan dengan PBBK.

Walau bagaimanapun, 15 orang atau 37.5% daripada guru adalah kurang mahir dan 2 orang atau 5% tidak mahir langsung menggunakan komputer. Bagi guru-guru yang kurang mahir dan tidak mahir, mereka memerlukan latihan dan kursus-kursus yang berbentuk intensif dan ekstensif bagi membantu mereka menggunakan komputer sekiranya P&P bahasa Arab berbantukan komputer ini (PBBK) ingin diimplementasikan.

3. Persepsi guru terhadap pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer



Rajah 4. Persepsi Guru Terhadap PBBK

Bagi soalan yang meninjau tentang persepsi para guru terhadap penggunaan PBBK dalam P&P bahasa Arab, 100% menyatakan bahawa mereka percaya yang pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer boleh membantu meningkatkan kemahiran pelajar mereka terhadap bahasa Arab. Seramai 100% juga menyatakan bahawa PBBK dapat membantu meningkatkan mutu pengajaran mereka. Lebih 90% menyatakan bahawa mereka percaya yang PBBK dapat menjimatkan masa dan tenaga semasa P&P dan dapat memudahkan proses pengajaran mereka. Statistik ini menunjukkan bahawa para guru mempunyai persepsi yang sangat positif dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer.



Rajah 5. Tahap Kepekaan Guru Terhadap Teknologi Maklumat

Bagi persoalan yang menyelidiki tahap kepekaan terhadap teknologi maklumat, 17 orang atau 42.5% menyatakan mereka sangat peka terhadap isu-isu yang berkaitan dengan penggunaan teknologi dalam pendidikan, 22 orang atau 55% adalah peka manakala seorang yang mewakili 2.5% lagi tidak peka terhadap isu di atas. Bagi isu yang berkaitan dengan hubungan antara masyarakat dan teknologi maklumat, 15 orang atau 37.5% adalah sangat peka manakala 24 lagi atau 60% menyatakan mereka peka dan seorang tidak peka yang mewakili 2.5%. Ini menunjukkan bahawa tahap keprihatinan guru-guru bahasa Arab dengan isu-isu yang terlibat adalah tinggi dan ia menunjukkan satu petanda yang baik sekiranya PBBK hendak dilaksanakan dalam P&P.

4. Peranan dan tahap kesediaan guru dalam pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer



Rajah 6. Peranan Guru Dalam PBBK

Dalam soalan yang menyelidiki tentang peranan guru dalam proses P&P bahasa Arab berbantukan komputer sekiranya ianya dijalankan di sekolah-sekolah, seramai 25 orang guru atau 62.5% berpendapat bahawa peranan guru adalah sebagai fasilitator sahaja dan 15 orang yang lain atau 37.5% menyatakan guru harus berperanan sebagai pengajar, fasilitator dan juga pengurus sumber. Daripada statistik ini, menunjukkan kebanyakan guru masih belum memahami peranan mereka sekiranya PBBK dilaksanakan kerana tugas guru bukanlah sebagai fasilitator sahaja, malah lebih daripada itu bagi menjayakan pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer.

Rajah 7. Tahap Kesediaan Guru Menggunakan PBBK

Meninjau tentang tahap kesediaan guru dalam mengendalikan proses pengajaran dan pembelajaran menggunakan PBBK, seramai 27 orang atau 67.5% mempunyai tahap kesanggupan yang sangat tinggi untuk mengikuti latihan PBBK dan seramai 13 orang lagi atau 32.5% sanggup menghadirinya. Tidak ada di antara para guru yang menolak atau tidak mahu menghadiri latihan PBBK sekiranya ianya diadakan. Data ini menunjukkan bahawa para guru bahasa Arab mempunyai tahap kesediaan yang amat tinggi dan bermotivasi untuk menghadiri sebarang bentuk latihan bagi meningkatkan pemahaman dan penguasaan mereka dalam PBBK seterusnya mengaplikasikan ilmu yang mereka dapati itu dalam P&P bahasa Arab.

Rajah 8. Keperluan Diberikan Insentif Kepada Guru

Seramai 36 orang guru atau 90% menyatakan bahawa perlunya diberikan insentif kepada guru-guru yang menggunakan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab. Statistik ini menunjukkan bahawa sebarang usaha untuk mengadakan PBBK di sekolah perlu mengambil kira isu-isu pengurusan sumber manusia supaya guru-guru tidak merasa tertekan dan terbeban dengan tanggungjawab yang diberikan.

Cadangan Kajian

Daripada dapatan kajian, beberapa cadangan dikemukakan bagi penggunaan komputer dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab iaitu:

1. Para guru perlu diberi pendedahan, latihan dan kursus-kursus kemahiran penggunaan komputer secara optimum yang berterusan oleh pihak yang bertanggungjawab seperti Kementerian Pendidikan dan Bahagian Pendidikan Guru supaya para guru sentiasa mendapat informasi terkini dan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan diikuti dengan pengaplikasian teknologi dalam P&P mereka.

2. Sebarang bentuk latihan dan juga kursus-kursus yang hendak dikendalikan adalah disarankan supaya merangkumi semua tahap kemahiran teknologi maklumat memandangkan masih ada lagi guru yang kurang dan tidak mahir langsung menggunakan komputer.

3. Untuk implementasi PBBK dengan berkesan di sekolah, pihak-pihak yang terlibat perlu memikirkan insentif yang bersesuaian kepada para guru sebagai satu galakan dan motivasi kepada mereka supaya mereka tidak merasa tertekan dan terbeban dengan tanggungjawab yang diberi.

4. Kementerian Pendidikan hendaklah melengkapkan sekolah dengan kemudahan prasarana yang secukupnya bagi menjana teknologi maklumat supaya para pelajar dan guru mendapat faedah yang maksimum dalam pengajaran dan pembelajaran mereka bersesuaian dengan arus masa kini.

Kesimpulan

Daripada kajian yang telah dijalankan dan berdasarkan pemerolehan data yang diperolehi, dapat dibuat kesimpulan bahawa walaupun skop penggunaan komputer dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab adalah di tahap minimum, namun guru-guru bahasa Arab mempunyai persepsi yang sangat baik dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer di mana 100% daripada para guru percaya bahawa PBBK dapat meningkatkan mutu pengajaran mereka dan meningkatkan kemahiran pelajar terhadap bahasa Arab dan lebih 90% menyatakan bahawa mereka percaya yang PBBK dapat menjimatkan masa dan tenaga dan memudahkan proses pengajaran mereka. Namun begitu, pemahaman mereka terhadap penggunaan PBBK masih belum memuaskan kerana masih ada lagi guru yang beranggapan bahawa tugas mereka hanyalah sebagai fasilitator dan menjadi lebih mudah semata-mata dengan menggunakan PBBK, sedangkan tugas mereka meliputi semua aspek iaitu sebagai fasilitator, pengurus sumber dan juga pengajar. Oleh yang demikian, bagi meningkatkan lagi tahap pemahaman mereka terhadap PBBK ini supaya ia dapat dilaksanakan dengan jayanya, para guru bahasa Arab mempunyai tahap kesediaan yang amat tinggi untuk menghadiri sebarang kursus yang akan dikendalikan oleh pihak yang bertanggungjawab.

Memandangkan kajian ini adalah satu kajian awal, pengkaji berharap satu kajian empirikal yang lebih mendalam yang mengkaji tentang penyediaan bahan perisian yang bersesuaian akan dapat dijalankan, supaya bahasa Arab dapat dipelajari dengan kaedah yang lebih mudah dan efektif yang mengikuti perkembagan semasa supaya ia dapat berkembang dengan lebih meluas lagi.

Rujukan

Adi Afzal Ahmad. 1996. On tour : the multimedia courseware for students of KBSM English.Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Afendi Hamat. 1 995. A computer-assisted language learning for English proficiency courses at UKM. Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Ahmad, K., Corbett, G., Rogers, M. & Sussex, R. 1985. Computers, language learning and language teaching : Cambridge University Press.

Fox, G. 1998. The Internet: making it work in the ESL classroom.The Internet TESL Journal, 4/9.

Hannafin R. D. & Freeman, D. J. 1995. An exploratory study of teachers’ view of knowledge acquisition. Educational Technology. 35 (1): 49-56.

Hazeline Mahmood. 1998. A multimedia CALL programme : D.R.E.A.M. Unpublished Undergraduate Thesis. (B. Ed. TESL Program) , Universiti Kebangsaan Malaysia.

Ismail, I. 1996. The effectiveness of using CoMIL in teaching a unit of form four KBSM syllabus to form four students in a rural area. Unpublished Undergraduate Tesis , Universiti Kebangsaan Malaysia.

M. Noor Azman Othman. 2000. The effects of Quickster, a computer reading software, on the students’ reading speed, reading time, and reading comprehension. Unpublished Graduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Nor Hanim Hamdan. 1994. The application of CALL in learning vocabulary especially in contextual clues among form one ESL students. Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Norizan Abd Razak dan Sallehudin Rashid. 1996. Classroom beyond 2000: problems and issues in implementing CALL in Malaysian secondary schools . Paper presented at RELC Seminar 1996: Language Classrooms of Tomorrow: Issues and Responses, Singapore, 22-24 April 1996.

Nurfariza Sulaiman. 1998. An investigation of computer literacy courses for B. Ed. TESL program in selected universities : suggestions for implementation. Unpublished Undergraduate Thesis , Universiti Kebangsaan Malaysia

Oxford, R. 1990. Language learning strategies: what every teacher should know. Rowley : Newbury House.

Rohaya. 1991. CALL: the teaching of English at lower secondary schools. Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Said Draman. 2001. Pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer : persepsi guru-guru bahasa Arab di Daerah Hulu Langat. Unpublished Graduate Thesis, Universiti Kebangsan Malaysia.

Supyan Hussin. 1994. The effectiveness of computer-assisted language learning in ESL classrooms at Universiti Kebangsaan Malaysia. Unpublished Doctoral Dissertation, University of Illinois, Urbana Champaign.

Ta’imah, R.M. 1990. Al-Muhtawa al-thaqafiyy fi barnamij ta’lim al-‘arabiyyah ka lughat thaniyah fi al-mujtama’at al-islamiyyah, itar muqtarah. Kertas Kerja, Nadwat Tatwir Ta’lim al-Lughat al-‘Arabiyyah fi Maliziyya. Universiti Islam Antarabangsa.

Underwood, J. 1984. Linguistics, computers and the language teachers : a communicative approach. Rowley, MA: Newbury House.

Wan Zumusni Wan Mustapha. 1999. A study of teachers’ and students’ perception on CALL in Kolej Yayasan Pelajaran Mara, Bangi. Unpublished Masters Practicum Paper , Universiti Kebangsaan Malaysia.

Warschauer, M. 1996. Computer assisted language learning : an introduction. In S. Fotos (Ed.), Multimedia Language Teaching :. 3-20. Tokyo : Logos International.

Warschauer, M. 1997. The Internet for English Teaching: guidelines for teachers’. TESL Reporter, 30/1: 27-33.

Zoraini Wati Abas. 1992. Penggunaan teknologi maklumat (komputer) dalam pendidikan Islam : keperluan dan masalah. Kertas kerja Seminar Pendidikan, Pendidikan Islam Era 2020 Tasawwur Dan Strategi. Maktab Perguruan Islam, Bangi, 9-10 Oktober

Zubaidah Zakaria. 1996. A-Cess : a self-access courseware for form three students. Unpublished Undergraduate Thesis , Universiti Kebangsaan Malaysia

Zuwati Hasim. 1998. Computer assisted language learning (CALL) : the use of basic language explorer as an educational aid in the teaching of English grammar and reading for VG1013 . Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Lampiran

Biodata

Ashinida Aladdin merupakan seorang pensyarah Bahasa Arab dan telah mengajar selama 12 tahun. Mendapat ijazah pertama dalam bidang linguistik Bahasa Arab di Universiti Mohd El-Khamis, Rabat, Morocco pada tahun 1991 dan Ijazah Sarjana dalam Pengajian Bahasa Moden dari Universiti Malaya pada tahun 1999. Di antara bidang kajian beliau ialah sosiolinguistik, pengajaran bahasa berbantukan komputer dan struktur bahasa Arab.

Mohd. Shabri Bin Yusof merupakan seorang pensyarah yang berpengalaman dalam pengajaran Bahasa Arab. Perjuangan beliau bermula dengan mengajar bahasa Arab (BA) di sekolah semenjak tahun 1991. Mula bertugas di UKM pada tahun 1995 sebagai pensyarah BA di Pusat Matrikulasi Undang-undang dan kemudiannya ditempatkan di PPBL pada tahun 1998 sehingga kini. Beliau berkelulusan B.A. (Hons) Al-Azhar, Egypt dalam bidang Pengajian Islam dan Arab, M.A (Leeds) dalam bidang pengajaran BA sebagai bahasa asing (TAFL). Kini, beliau sedang menyiapkan tesis Ph.D dalam bidang tatabahasa Arab secara separuh masa. Bidang pengajaran dan penyelidikan adalah (TAFL), tatabahasa Arab dan pengajaran dan pembelajaran BA berbantukan komputer.

home | e-mail

© 2003/ PPBL Webmaster

http://www.fpbahasa.ukm.my/journal/20040101.htm

http://artikel.us/mangkoes6-04-2.html

Artikel:
PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI TINGKAT PERSEKOLAHAN

Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan. Nama & E-mail (Penulis): arief a. mangkoesapoetra.

Saya Guru di SMAN 21 Bandung

Tanggal: 14-05-2004

Judul Artikel: PEMANFAATAN MEDIA MASSA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS DI TINGKAT PERSEKOLAHAN
Topik: sumber pembelajaran



A. Pendahuluan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi (Welton dan Mallan, 1988 : 66-67). Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan (exposure) media massa (Wronski, 1971 : 430-434), karena media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya-sebagaimana dapat dibaca di surat kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau internet-telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya (misalnya : untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hiburan [entertainment] hingga pendidikan).

Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah berlebihan kiranya apabila abad ke-21 disebut sebagai abad komunikasi massa (Rakhmat, 1985 : 174). Bahkan dalam pembabakan sejarah umat manusia, McLuhan (1964) menyatakannya sebagai babak neo-tribal (sesudah babak tribal dan babak Gutenberg), yakni masa di mana alat-alat elektronis memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi. Adapun Toffler (1981) menamakannya sebagai The Third Wave.

Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan bergesernya peranan guru-termasuk guru IPS-sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber-terutama dari media media massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet. Sehingga sistem pembelajaran yang cocok untuk mengelaborasi itu semua adalah sebagaimana digagas oleh Morris (1963 : 12) di bawah ini :

Gambar 1. Sistem Pembelajaran

media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan :

1. Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;.

2. Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;

3. Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa daripada dari orang lain;

4. Para guru IPS perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya; dan

5. Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya.

B. Pengertian IPS

Hingga saat ini, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hanyalah sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social sciences), maupun ilmu pendidikan (Somantri, 2001 : 89). Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS) menyebut IPS sebagai "Social Science Education" dan "Social Studies".

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila Menurut Depdikbud (1994), IPS yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar mencakup bahan kajian lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, serta bahan kajian sejarah. Sedangkan untuk jenjang pendidikan menengah didasarkan pada bahan kajian pokok Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah.

C. Pengertian Sumber Pembelajaran

Menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1977), sumber pembelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal; dan

2. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar-salah satunya adalah media massa.

D. Media Pendidikan dan Sumber Pembelajaran IPS

Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajarannya (Hamalik, 1985 : 23).

Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran IPS
E. Pemanfaatan Media Massa sebagai Sumber Pembelajaran IPS

Dari beberapa batasan pengertian media massa yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi (McLuhan, 1964; Bittner, 1980 : 10; Wright, 1985 : 2-7; Susanto, 1980 : 2; NCSS, 2002) maka berikut ini sintesanya.

Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Pengertian "dapat" di sini menekankan pada pengertian, bahwa jumlah sebenarnya penerima pesan informasi melalui media massa pada saat tertentu tidaklah esensial. Yang penting ialah "The communicator is a social organization capable or reproducing the message and sending it simultaneously to large number of people who are spartially separated" (Tan, 1981 : 73). Adapun bentuk media massa, secara garis besar, ada dua jenis, yaitu : media cetak (surat kabar dan majalah, termasuk buku-buku) dan media elektronik (televisi dan radio, termasuk internet).

Media massa dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, karena media massa pada hakekatnya merupakan representasi audio-visual masyarakat itu sendiri. Sehingga fenemona faktual yang terjadi di masyarakat, dapat secara langsung (live) diliput dan ditayangkan media massa (melalui siaran televisi atau radio, misalnya). Pemanfaatan media massa artinya penggunaan berbagai bentuk media massa, baik cetak maupun elektronik untuk tujuan tertentu-yang dalam kajian ini disebut sebagai sumber pembelajaran IPS.

Guru dapat memanfaatkan atau memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS secara optimal dan efektif sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran IPS melalui tiga cara, yaitu :

1. media massa dapat memperbaiki bagian konten dari kurikulum IPS;

2. media massa dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan

3. media massa dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial, khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial.(Clark, 1965 : 46-54).

Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, maka menurut Rakhmat (1985 : 216-258), terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa, yaitu :

1. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik;

2. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa;

3. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan

4. Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.

F. Penutup

Berdasarkan kajian teoretik, ternyata :

1. Kelemahan kadar pembelajaran IPS selama ini terletak pada, antara lain : teacher centered, cenderung naratif/ekspositori, dan kurang mengoptimalkan sumber pembelajaran (baik by design maupun by utilization).

2. Pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran, diyakini dapat meningkatkan kadar pembelajaran IPS.

3. Media massa adalah sesuatu yang sangat berpengaruh di dalam pembelajaran IPS.

Kemudian, berdasarkan kajian empirik, ternyata : para siswa-di tingkat persekolahan yang memanfaatkan media massa sebagai sumber pembelajarannya cenderung lebih baik hasil belajar IPS-nya daripada yang tidak memanfaatkannya.

DAFTAR PUSTAKA

AECT (1977). The Definition of Educational Technology, Association for Educational Communication and Technology,.

Al Muchtar, S. (2000). Epistemologi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Gelar Pustaka Mandiri.

Buntoro, T.M.R.S. (1977). "Penelitian mengenai Prestasi Sekolah Anak dalam Hubungannya dengan Kegemaran Membaca". Jurnal Psikologi Indonesia, 2, 43-54.

Clark, L.H. (1965), Social Studies and Mass Media. Plainfield, N.J. : New Jersey Secondary School Teachers Association).

Galagher, N. (2002). Recognising Bias and Distortion in Television News Programs. [Online]. Tersedia : http://hsc.csu.edu.au/pta/scansw/bias.htm. [10 Nopember 2002].

Hamalik, Oemar. (1982). Media Pendidikan. Bandung : Alumni.

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah-FPIPS IKIP Bandung.

Karnadi dan Sutisno, P.C. (Eds.) (2001). "Minat Pelajar SMU dan Mahasiswa terhadap Pendidikan Demokrasi melalui Siaran Televisi". Teknodik. V (9), 27-38.

McLuhan, M. (1964). Understanding Media : The Extensive of Man. New York : McGraw-Hill.

Mustofa, H. (2001). "Pemanfaatan Media Cetak dalam Pembelajaran IPS". Jurnal Ilmu Pendidikan, 8 (4), 328-333.

NCSS. (2002). Strategies for Integrating Media Literacy Into the Social Studies Curriculum. [Online]. Tersedia : http://www.mediad.org/studyguides/ Strategies for Integrating Media Literacy/html. [10 Nopember 2002].

NCSS. (2003). Curriculum Standard for the Social Studies. [Online]. Tersedia : http://www.ncss.org/. [14 Pebruari 2003].

Rakhmat, J. (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung : CV. Remadja Karya.

Rumampuk, D.B. (1988). Media Instruksional IPS. Jakarta : P2LPTK-Ditjen Dikti Depdikbud.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : PPS-UPI dan PT. Remadja Rosda Karya.

Splaine, J.E. (1991). "The Mass Media as An Influence on Social Studies". Dalam Shaver, J.P. (Ed.) (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning. New York : MacMillan Publishing Co.

Sutisno, .P.C. (1999). "Pengaruh Media Televisi terhadap Pendidikan : Kajian Dampak Media Massa". Teknodik. IV (7), 20-43.

Tan, A.S. (1981). Mass Communication Theories and Research. Ohio : Grid Publishing, Inc.

Tandowidjojo, JVS. (1985). Media Massa dan Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.

Toffler, A. (1981). The Third Wave. New York : Bantam Books.

Venus, A. (2000). "The Role of Media Educatioan in Developing Children`s Critical Thinking Toward TV Programs". MediaTor, 1 (1), 57-61.

Waldopo. (2000). "Potensi Televisi sebagai Media Pendidikan dan Pembelajaran". Teknodik. IV (8), 53-58.

Welton, D.A. dan Mallan, J.T. (1988). Children and Their World : Strategies for Teaching Social Studies. Boston : Houghton Mifflin Company.

Wronski, S.P. (1971). "Teaching of Contemporary Affairs", dalam Deighton, L.C. (Ed.). The Encyclopedia of Education. Vol. 2. USA : MacMillan and Free Press.

Saya arief a. mangkoesapoetra setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

CATATAN:
Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network.

SLTP&SDHomePageSekolahMenengahHomePagePerguruanTinggiHomePageCariPekerjaan?-IndoStaffKomputer,Internet,TeknologiSekola2,Siswa/i,EraPerkembangan

Print Halaman Ini

PERANAN DAN TUGAS GURU DALAM PEMBELAJARAN MATERI

Kejayaan pelaksanaan Pembelajaran Masteri di bilik darjah amat bergantung kepada kecekapan dan ketrampilan guru dalam merancang dan menguruskan aktiviti pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran Masteri bukanlah perkara yang baru kerana langkah yang terlibat dalam Pembelajaran Masteri sudah pun disarankan dalam KBSR dan KBSM. Adalah penting guru mempunyai kemahiran tertentu untuk menangani murid yang mempunyai pelbagai kebolehan dan aras pembelajaran.

Oleh itu, guru bersama muridnya perlu mempunyai rasa tanggungjawab dalam menentukan proses pengajaran dan pembelajaran berlaku dengan lebih berkesan. Sesungguhnya peranan dan tugas guru amat penting dalam melaksanakan Pembelajaran Masteri. Antaranya ialah :

Guru sebagai Perancang Pengajaran

1. Guru seharusnya menyedari semua muridnya mampu belajar. Dengan ini, guru akan memberi peluang yang mencukupi untuk murid menguasai sesuatu Hasil Pembelajaran.

2. Guru berperanan sebagai pemimpin, pembimbing, pengajar dan fasilitator pembelajaran. Peranan ini boleh disesuaikan mengikut strategi yang digunakan oleh guru. Jika guru memilih mengajar secara kelas misalnya, guru akan lebih berperanan sebagai pemimpin dan pengajar, manakala jika guru mengajar secara kumpulan kecil atau murid memanfaatkan penggunaan teknologi maklumat maka peranan guru pula lebih kepada sebagai seorang fasilitator.

3. Guru merancang dan mengenal pasti Hasil Pembelajaran bagi setiap unit pembelajaran yang perlu dikuasai.

4. Guru menyusun unit pembelajaran mengikut urutan yang bersesuaian dengan Hasil Pembelajaran, contohnya daripada yang mudah kepada yang sukar dan memastikan perkara asas diajar di peringkat awal.

5. Guru memilih, mengubahsuai dan merancang pelbagai strategi, kaedah, aktiviti dan bahan untuk pengajaran dan pembelajaran, aktiviti pengayaan dan pemulihan bagi murid menguasai Hasil Pembelajaran. Guru Sebagai Pengurus Pembelajaran dalam Pembelajaran Masteri, guru bukan sahaja berperanan untuk menguruskan pembelajaran bagi memastikan Hasil Pembelajaran dicapai, tetapi juga mengurus muridnya.

Peranan guru sebagai pengurus pembelajaran adalah :

1. Guru menentukan secara spesifik perkara yang perlu dipelajari.

2. Guru memotivasikan murid untuk mempelajarinya.

3. Guru membekalkan murid dengan bahan pengajaran dan pembelajaran yang sesuai.

4. Guru melaksanakan pengajaran dan pemelajaran mengikut kadar yang sesuai untuk setiap murid.

5. Guru mengawasi dan memantau kemajuan pembelajaran dan pencapaian murid.

6. Guru mendiagnosis kesukaran pembelajaran yang dihadapi oleh murid dan menyediakan cara terbaik mengatasi kesukaran itu.

7. Guru memberi pujian dan galakan kepada murid yang memperoleh peningkatan dalam pembelajaran.

8. Guru menjalankan ulang kaji dan latihan yang boleh mengekalkan semangat murid untuk belajar pada jangka masa yang panjang.

9. Guru mempelbagaikan penggunaan bahan sokongan pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan menarik termasuk penggunaan multi media, lembaran kerja, buku teks, majalah, akhbar dan modul pembelajaran kendiri.

Guru sebagai Penilai Pembelajaran

1. Guru merancang dan membina item ujian formatif dan sumatif serta membuat analisis item ujian dan respons murid bagi tujuan mendapatkan maklumat tentang tahap penguasaan setiap murid.

2. Guru seharusnya dapat melihat penilaian formatif dan sumatif ini sebagai alat pengajaran dan pembelajaran. Ini bermaksud maklum balas yang diperoleh dari penilaian ini dapat digunakan dengan berkesan uantuk tujuan meningkatkan pengajaran dan pembelajaran serta motivasi murid untuk terus belajar.

3. Guru mentadbir ujian dan memeriksa respons murid.

4. Guru mendapat maklum balas tentang apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh murid melalui ujian diagnostik.

5. Guru menganalisis dan mentafsirkan hasil ujian bagi mengenal pasti murid yang telah menguasai Hasil Pembelajaran dan murid yang belum lagi menguasainya.

6. Guru membenarkan murid yang telah menguasai Hasil Pembelajaran menjalani aktiviti pengayaan atau menjadi tutor kepada rakan se kelas atau ke unit pembelajaran seterusnya. Peranan dan tugas guru seperti yang dinyatakan memerlukan guru mempertingkatkan pengetahuan dan kemahiran supaya lebih bersedia melaksanakan pendekatan Pembelajaran Masteri di sekolah.

http://myschoolnet.ppk.kpm.my/pNp/pm/nota_guru.htm

GEMA

Online Journal of Language Studies
School of Language Studies and Linguistics, Faculty of Social Sciences and Humanities,
Universiti Kebangsaan Malaysia




Home | Current Issue | Archives | Acknowledgements| Links | Feedback | Contact |

Vol.4(1)2004
ISSN1675-8021

Penggunaan PBBK(Pembelajaran Bahasa Berbantukan Komputer)
dalam pengajaran dan pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa asing:
Satu tinjauan awal.

Ashinida Aladdin
Afendi Hamat
Mohd. Shabri Yusof

Pusat Pengajian Bahasa dan Linguistik
Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan
Universiti Kebangsaan Malaysia
ashi@pkrisc.cc.ukm.my, fendi@pkrisc.cc.ukm.my, msy@pkrisc.cc.ukm.my

Abstrak

Memandang kepada ledakan teknologi maklumat yang semakin pesat, penggunaan komputer telah terbukti mempunyai potensi yang cukup luas dan dinamik dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa. Kajian penggunaan komputer dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab yang dijalankan ini, adalah satu kajian awal yang respondennya terdiri daripada 40 orang guru bahasa Arab dari sekolah agama berasrama penuh di Malaysia iaitu Kolej Islam Sultan Alam Shah, Kelang, Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Kajang dan Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Labu. Kajian dikendalikan menggunakan tinjauan.dan bagi tujuan pengumpulan data, borang soal-selidik telah diedarkan kepada subjek kajian yang dipilih dan seterusnya data ini dianalisis secara deskriptif. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui skop penggunaan komputer di kalangan guru dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab di sekolah yang dipilih di atas. Kajian ini juga bertujuan untuk mendapatkan maklum balas daripada guru-guru yang mengajar bahasa Arab tentang persepsi, tahap kesediaan dan peranan mereka dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer. Hasil kajian yang diperolehi menunjukkan bahawa guru mempunyai persepsi yang sangat baik terhadap PBBK. Para guru juga telah menunjukkan kesediaan yang tinggi untuk menghadiri apa jua bentuk latihan yang berkaitan dengan PBBK bagi memastikan agar ianya dapat berjalan dengan lancar dan jayanya. Di bahagian akhir, pengkaji telah menyarankan beberapa cadangan untuk penggunaan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berdasarkan dapatan kajian.

Abstract

Due to the rapidly evolving field of ICT, its influence is felt strongly in almost every other discipline, including education. This research of using computer assisted language learning (CALL) in teaching and learning Arabic language is a preliminary research which was done on 40 Arabic language teachers from three religious boarding school in Malaysia namely Kolej Islam Sultan Alam Shah, Kelang, Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Kajang and Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Labu. This is basically a descriptive study conducted with the use of surveys via questionnaires. To obtain the data, questionnaires were distributed among the samples and were analyzed descriptively. This study aims to gauge the scope of use of computers in the teaching and learning of Arabic in the schools mentioned above. The study collected feedback from Arabic language teachers on their perception, level of readiness and understanding of their roles in the use of CALL in their schools. The initial findings indicate a very good level of perception and attitude among the teachers surveyed. The study also finds high level of readiness among the teachers to undergo training in order to prepare themselves for the use of CALL. Overall, the findings indicate an encouraging environment for the implementation of CALL in the teaching and learning of Arabic at the schools surveyed.

Pendahuluan

Revolusi teknologi maklumat sejak akhir-akhir ini membuat ramai pihak berminat untuk mengintegrasikan komputer dalam bidang tugasan masing-masing. Ini termasuklah golongan guru dan pendidik daripada pelbagai bidang. Dalam bidang pengajaran bahasa, penggunaan komputer sebenarnya telah bermula sejak 30 tahun yang lalu. Pembelajaran Bahasa Berbantukan Komputer (PBBK) atau lebih dikenali sebagai CALL (Computer Assisted Language Learning) telah mula dipelopori sejak dari 1960an lagi. Semenjak daripada itu, CALL sendiri telah melalui tiga fasa yang berbeza (Warschaur 1996). Fasa-fasa ini dikenali sebagai “behavioristic CALL”, “communicative CALL” dan “integrative CALL”.

Fasa behavioristic mula dikonsepsikan pada akhir 1950an dan mula meluas pengaruh dan kesannya pada tahun 1960an. Fasa ini dipengaruhi dengan kuat oleh teori pembelajaran yang dominan ketika itu iaitu teori pembelajaran behaviorisme. Fasa ini dipenuhi dengan program latihan dan pembelajaran yang berbentuk latih tubi dan praktis (drill and practise) yang dilakukan secara berulang-ulang. Antara sistem yang paling dikenali dalam fasa ini ialah PLATO yang mengandungi latih-tubi untuk perbendaharaan kata, nahu dan terjemahan (Ahmad, Corbett, Rogers & Sussex 1985). Antara rasional penggunaan PBBK secara behavioristic ini adalah:

  • Pendedahan yang berulang kali kepada bahan pengajaran yang sama bukan sahaja dapat membantu pengajaran, malah sangat penting untuk pembelajaran yang berjaya.
  • Komputer sesuai digunakan untuk latihan berbentuk latih-tubi kerana ia merupakan sebuah mesin atau alat yang tidak akan jemu mempersembahkan bahan pengajaran yang sama berulang kali. Selain daripada itu, ia juga boleh memberi maklum balas dengan serta merta kepada pelajar.
  • Komputer juga boleh mempersembahkan bahan pengajaran yang telah disusun mengikut tahap induvidu. Ini membolehkan pelajar belajar mengikut tahap dan kemampuan masing-masing.

Fasa kedua iaitu communicative CALL, mula digunakan secara meluas pada tahun 1970an dan 1980an. Ia berasaskan pendekatan pembelajaran bahasa secara komunikatif yang menolak pendekatan berbentuk behaviorist dengan alasan bahawa pendekatan behaviorist tidak dapat membantu dalam menyediakan pelajar untuk berkomunikasi dengan lebih berkesan dan bermakna. Menurut Underwood (1984), communicative CALL adalah:

a. Lebih mengutamakan penggunaan bahasa daripada pembelajaran berbentuk bahasa.

b. Mengajar nahu secara tidak langsung dan bukannya secara langsung.

c. Mengajar pelajar untuk menghasilkan pertuturan sendiri dan asli daripada mengulangi bahagian atau unit yang telah disediakan.

d. Tidak mengadili atau menilai pelajar dan tidak memberikan sebarang bentuk hadiah atau rangsangan.

e. Mengelakkan memberitahu pelajar bahawa mereka adalah salah dan lebih fleksibel bila menilai respon pelajar.

Fasa ketiga dan yang terbaru iaitu integrative CALL dipengaruhi oleh dua kemajuan utama dalam dekad yang lepas – komputer multimedia dan Internet. Bagi komputer multi media yang lebih dikenali dengan CD-ROM, telah memboleh kita mencapai maklumat dalam berbagai bentuk media seperti teks, grafik bunyi, animasi dan video hanya melalui sebuah alat. Seperkara lagi yang menjadikan multi media sungguh berkesan penggunaan nya dalam pembelajaran bahasa ialah pertautannya dengan hypermedia yang bermaksud jalinan semua rangkaian maklumat multimedia bagi memudahkan para pelajar menjana apa jua maklumat yang diingininya yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa tanpa bantuan dari guru. Hypermedia dapat membantu pembelajaran bahasa dengan lebih berkesan dengan mewujudkan situasi sebenar di mana pelajar dapat melihat di skrin serta mendengar sebutan, ucapan atau perbualan dalam satu masa, seolah-olah mereka berada di dalam situasi tersebut ketika proses PBBK berjalan.

Melalui Internet pula, pembelajar bahasa dapat berkomunikasi secara langsung dengan begitu selesa dengan penutur asli ataupun pembelajar bahasa yang lain tanpa mengira masa, tempat dan tanpa membayar kos yang tinggi melalui aktiviti seperti e-mel ataupun World Wide Web (WWW) yang membolehkan pelajar mencapai maklumat dan menjana bahan pembelajaran asli seperti surat khabar, majalah, artikel, ulasan buku atau filem dalam masa yang sungguh singkat.

Bagi melaksanakan PBBK melalui Internet, beberapa persoalan perlu dibangkitkan iaitu; bagaimanakah guru dapat mengawal segala maklumat yang dijana oleh pelajar; dan bagaimanakah guru dapat memberi maklumat yang berguna dan mudah difahami kepada pelajar secara optima ketika menjalankan aktiviti melalui Internet.

Fox (1998) mencadangkan tiga asas utama yang perlu diberi perhatian oleh guru bagi menjayakan aktiviti Internet iaitu:

1. Guru perlu mengintegrasikan beberapa kemahiran bahasa dalam satu pelajaran seperti aktiviti menulis surat kepada rakan pena melalui e-mel di integrasikan dengan kemahiran menulis.

2. Guru dan pelajar perlu meningkatkan tahap penguasaan kemahiran menggunakan komputer.

3. Guru perlu melibatkan diri secara aktif dalam membimbing dan memberi dorongan serta galakan kepada pembelajar bahasa bagi mengelakkan mereka merasa kecewa dan putus asa ketika menghadapi kesukaran dan masalah dalam pengunaan Internet.

Warschauer (1997) pula mencadangkan lima garis panduan bagi membantu para guru mengendalikan aktiviti bahasa melalui jaringan komputer di dalam kelas pembelajaran bahasa kedua begitu juga dalam kelas bahasa asing iaitu:

1. Para guru perlu memastikan objektif mereka ketika PBBK di mana guru perlu jelas mengapa penggunaan komputer dalam pembelajaran bahasa lebih berjaya jika dibandingkan dengan pembelajaran bahasa secara tradisional. Alasan menggunakan Internet juga harus merangkumi pelbagai aspek diantaranya untuk meningkatkan lagi motivasi pelajar terhadap pembelajaran bahasa disamping menigkatkan lagi penguasaan terhadap penggunaan komputer. Guru juga perlu pastikan bahawa aktiviti yang dijalankan melalui komputer adalah aktiviti yang menarik yang tidak dapat dilakukan melalui buku teks.

2. Para guru perlu melibatkan diri dalam aktiviti PBBK yang dijalankan dengan mengintegrasikan kemahiran-kemahiran bahasa dalam pengajaran mereka.

3. Para guru adalah dinasihatkan agar tidak memandang remeh terhadap kesulitan yang timbul ketika proses pembelajaran bahasa berbantukan komputer berjalan kerana kemungkinan terdapat pelajar yang kurang mahir dalam mengendalikan Internet. Bagi mengatasi masalah dan kesulitan tersebut, guru perlu mengambil masa yang agak panjang untuk melatih mereka. Selain daripada kesulitan tersebut, terdapat juga masalah lain dalam pengendalian PBBK seperti masalah teknikal yang melibatkan komputer dan perisian yang tidak dapat berfungsi dengan baik, terlalu lama menunggu untuk mencapai satu-satu laman web dan lain-lain lagi yang perlu di beri perhatian oleh guru.

4. Para guru digalakkan supaya memberi sokongan dan motivasi yang berterusan kepada para pelajar supaya terus menggunakan Internet meskipun terdapat beberapa kesulitan dan kesukaran seperti yang dinyatakan seperti di atas. Bagi mengisi masa pelajar ketika berlakunya gangguan dan kesulitan tersebut, guru bolehlah mengedarkan nota, mengadakan sesi latihan pendek, menggalakkan pelajar membuat aktiviti secara berpasangan atau berkumpulan untuk membantu pelajar yang lemah dalam pengendalian komputer dan lain-lain aktiviti yang dapat menggalakkan pelajar agar tidak berasa kecewa atau putus asa.

5. Para guru juga digalakan supaya melibatkan para pelajar dalam membuat keputusan sendiri ketika membuat aktiviti bahasa melalui Internet. Guru akan membimbing pelajar dalam menentukan fokus pembelajaran bahasa dalam sesuatu topik yang dipelajarinya dan tidaklah hanya bergantung kepada guru sahaja.

Kedua-dua kemajuan yang dinyatakan di atas, iaitu komputer multi media dan Internet ini, membolehkan proses integrasi media berlaku dan ianya juga merupakan platform yang lebih berkesan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran bahasa berbantukan komputer melalui integrative CALL boleh dilakukan secara menyeluruh dan merangkumi semua aspek kemahiran bahasa.

Kajian Lepas Mengenai Pandangan Guru Terhadap PBBK

Hannafin dan Freeman (1995) menyatakan bahawa pandangan guru terhadap proses pengkayaan ilmu akan mempengaruhi pendapat mereka terhadap penggunaan PBBK dalam kelas mereka. Pandangan mereka boleh dilihat dari perspektif objektivisme atau dari perspektif konstruktivisme. Mereka yang berpandangan secara objektivisme percaya bahawa pengetahuan wujud secara bebas dan pembelajaran adalah proses pemindahan pengetahuan dari luar ke dalam minda pelajar. Ini berbeza dengan pandangan konstruktivisme yang berpendapat bahawa pengetahuan wujud dalam minda pelajar dan dibentuk secara unik oleh pengalaman dan pembelajaran adalah hasil dari usaha pengajar membentuk pengetahuan dalam minda pelajar.

Mereka yang cenderung kepada pendapat konstruktivisme adalah para guru yang lebih berkemungkinan akan berpandangan positif terhadap penggunaan PBBK . Ini adalah kerana PBBK membolehkan pelajar menjadi lebih berdikari dan proaktif dalam pembelajaran mereka.

Kajian perbandingan antara PBBK dan teknik pengajaran bahasa secara tradisional menunjukkan bahawa penggunaan PBBK telah membantu memperbaiki kemahiran linguistik pelajar (Rohaya, 1991; Jamaleah Ismail, 1996), meningkatkan motivasi pelajar dan mengurangkan masa yang diperlukan untuk mempelajari sesuatu konsep (Adi Afzal Ahmad, 1996; Ismail I, 1996; Zubaidah Zakaria, 1996).

Walaupun terdapat banyak kajian mengenai pelajar dan CALL di Malaysia, kajian mengenai PBBK dan guru tidaklah berapa meluas. Norizan Abd. Razak dan Sallehudin Rashid (1996) menyatakan bahawa daripada jumlah 392 guru bahasa yang dikaji, 69.4% menyatakan minat mereka untuk mengintegrasikan PBBK dalam pengajaran mereka dan 85% menyatakan kesediaan mereka untuk menghadiri bengkel-bengkel mengenai PBBK. Dalam satu kajian yang dilakukan oleh Norfariza Sulaiman (1998), sebanyak 80% daripada 50 orang guru mengatakan mereka pernah mendengar mengenai PBBK dan 98% mengatakan bahawa mereka sangat berminat untuk menghadiri kursus tentang CALL.

Satu kajian yang dijalankan oleh Said bin Draman (2001) di beberapa buah sekolah agama dan sekolah menengah harian yang beraliran agama di Daerah Hulu Langat mendapati bahawa guru-guru bahasa Arab mempunyai persepsi yang baik terhadap pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer walaupun hanya 22.5% sahaja yang pernah menghadiri kursus dan seminar mengenainya manakala 77.5% lagi tidak pernah menghadiri sebarang bentuk kursus dan seminar mengenai pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer.

Wan Zumusni Wan Mustapha (1998) cuba memahami pandangan guru mengenai PBBK dengan meminta mereka mencuba satu pakej pembelajaran multimedia dan memberikan pandangan mereka. Hasil kajian itu telah menunjukkan satu pandangan yang amat positif daripada guru-guru tersebut terhadap PBBK. Namun begitu, para guru masih lagi belum bersedia untuk menghasilkan pakej pembelajaran mereka sendiri dengan perisian authoring yang ada. Ini bermakna para guru masih lagi terpaksa bergantung kepada pakej PBBK yang dihasilkan oleh orang lain dan selalunya pakej sebegini tidak dapat memenuhi semua keperluan pembelajaran dengan memuaskan.

Walaupun terdapat banyak respon yang positif tentang penggunaan PBBK, ada juga guru yang masih merasa tergugat dengan kehadiran komputer di dalam kelas mereka. Ini berpunca daripada salah faham, kurangnya kefahaman mengenai peranan komputer dan PBBK dan kurangnya kemahiran teknikal tentang penggunaan komputer (Hertz, 1987; Gunter & Murphy, 2001). Ini tidaklah memeranjatkan kerana kebanyakan guru masih belum mendapat pendedahan yang mencukupi mengenai penggunaan komputer dan PBBK dalam pendidikan.

Tahap pendedahan yang mencukupi adalah perlu jika guru-guru hendak menggunakan PBBK dalam pengajaran mereka. Tanpa pendedahan yang mencukupi, terdapat kemungkinan besar yang guru-guru akan menggunakan PBBK dengan cara yang tidak betul atau kurang efisyen. Ini mungkin akan mematahkan semangat mereka untuk terus menggunakan PBBK kerana hasil penggunaan awal kurang memberangsangkan.

Terdapat juga persoalan mengenai tahap persediaan daripada segi teknikal di kalangan guru-guru. Ini satu persoalan yang kritikal kerana penggunaan PBBK akan melibatkan pelaburan wang dan sumber yang agak besar. Guru-guru yang hendak menggunakan PBBK mestilah terlatih atau sekurang-kurangnya mempunyai kemahiran teknikal yang mencukupi.

Sungguhpun kajian-kajian awal telah membuktikan keberkesanan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa, namun di Malaysia ianya masih belum mendapat perhatian yang meluas (Hussin, 1994). Di Malaysia, kajian mengenai PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggeris telahpun dijalankan. Walau bagaimanapun, kajian terhadap penggunaan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing belum lagi dijalankan. Justeru itu, pengkaji merasakan perlunya satu kajian di peringkat awal bagi mengkaji penggunaan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab.

Matlamat Kajian

Matlamat kajian ini dijalankan ialah untuk:

1. Mengetahui skop penggunaan komputer di kalangan guru dalam pengajaran dan pembelajaran (P&P) bahasa Arab di sekolah yang dipilih.

2. Mendapatkan maklum balas daripada guru tentang tahap kemahiran, persepsi, tahap kesediaan dan peranan mereka dalam P&P bahasa Arab dengan menggunakan PBBK.

3. Mengutarakan cadangan-cadangan yang berkaitan dengan penggunaan komputer dalam P&P bahasa Arab berdasarkan hasil kajian.

Metodologi Kajian

Memandangkan bahawa kajian ini adalah kajian deskriptif, kajian ini dikendalikan menggunakan tinjauan. Dalam mengendalikan tinjauan ini, borang soal-selidik diedarkan kepada subjek kajian yang dipilih.

Tempat dan Subjek Kajian

Kajian ini telah dijalankan di tiga buah sekolah agama berasrama penuh di Malaysia iaitu di Kolej Islam Sultan Alam Shah, Kelang, Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Kajang dan Sekolah Menengah Agama Persekutuan, Labu. Ketiga-tiga buah sekolah di atas dipilih secara ‘purposive sampling’ dengan kriteria berikut:

  • Sekolah yang mendapat bantuan penuh kerajaan.
  • Sekolah tersebut mempunyai kemudahan prasarana yang mencukupi seperti komputer, bahan-bahan pengajaran yang terkini dan makmal bahasa.
  • Para guru sentiasa mendapat input dan informasi yang mutakhir untuk meningkatkan lagi proses pengajaran dan pembelajaran mereka.

Pengkaji telah mendapat respon yang amat baik daripada sampel kajian yang terdiri daripada 40 orang guru bahasa Arab daripada ketiga-tiga buah sekolah di atas. Daripada 40 orang guru bahasa Arab ini, 17 orang daripadanya adalah guru lelaki dan bakinya 23 orang lagi ialah guru wanita. Seramai 21 orang atau 52.5% daripada guru-guru tersebut berumur di antara 25 - 35 tahun, 7 orang atau 17.5% daripadanya berumur di antara 36 – 40 tahun, 10 orang atau 25% berumur 41 – 45 tahun dan 2 orang atau 5% berumur di antara 46 – 50 tahun. Faktor usia adalah salah satu faktor yang penting yang mempunyai kaitan dengan penggunaan teknologi maklumat di mana hasil kajian menunjukkan sebahagian besar guru-guru yang berusia antara 25 hingga 45 tahun mempunyai minat dan respon yang positif dalam penggunaan komputer dalam P&P mereka.

Alat Kajian

Untuk tujuan kajian ini, alat yang digunakan untuk memperoleh data ialah borang soal-selidik. Soal-selidik tersebut terdiri daripada 4 bahagian. Bahagian pertama, menyenaraikan maklumat tentang latarbelakang guru yang merangkumi jantina, umur dan tahap kemahiran menggunakan komputer. Bahagian kedua, terdiri daripada soalan yang meninjau skop penggunaan komputer dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab. Bahagian ketiga, merupakan soalan yang meninjau tentang persepsi guru terhadap pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer. Bahagian akhir pula terdiri daripada soalan yang menyelidiki tentang peranan dan tahap kesediaan guru dalam P&P bahasa Arab berbantukan komputer.

Dapatan Kajian

Data yang diperolehi dalam soal-selidik ini dinilai. Data menunjukkan bahawa reaksi sebahagian besar guru dan pelajar terhadap P&P bahasa Arab menggunakan PBBK adalah positif.

Dapatan dan Penafsiran Soal-Selidik Guru

1)Skop penggunaan komputer dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer.



Rajah 1. Skop penggunaan komputer dalam P&P bahasa Arab berbantukan komputer.

Seramai 10 orang guru sahaja atau 25% yang menggunakan komputer dalam kelas bahasa mereka sebagai aktiviti pemulihan dan pengukuhan serta menjadikannya sebagai bahan rujukan tambahan kepada para pelajar, sementara 30 orang lagi atau 75% mengatakan mereka tidak menggunakan komputer dalam P&P bahasa Arab dalam kelas mereka. Di antara bahan yang digunakan adalah CD-ROM yang didapati di pasaran yang bersesuaian dengan tahap pelajar dan ada yang melayari laman sesawang iaitu almaktoob.com dan arabicnew.com

Daripada statistik ini dapat dilihat bahawa skop penggunaan komputer dalam kelas amatlah minimum atas beberapa sebab di mana 20 orang atau 50% daripada para guru menyatakan bahawa tiada prasarana ataupun kemudahan yang mencukupi yang disediakan di sekolah seperti kekurangan komputer dan kekurangan kakitangan dalam mengendalikan kerja-kerja teknikal. 16 orang pula atau 40% menyatakan bahawa tiada kebolehan ataupun latihan dan juga pendedahan yang mencukupi bagi mereka untuk melaksanakan PBBK dalam P&P mereka. Dalam situasi ini, pengkaji beranggapan, sekiranya para guru ini diberi latihan dan pendedahan yang mencukupi, mereka akan dapat melaksanakan PBBK dalam P&P mereka.



Rajah 2. Sebab Tidak Menggunakan Komputer Dalam P&P

Walau bagaimanapun, terdapat seorang guru atau 2.5% yang tidak berminat dalam menggunakan komputer dan 3 lagi atau 7.5% tidak tahu apa-apa mengenai PBBK. Jumlah ini adalah kecil dan pengkaji mencadangkan supaya sebarang kursus kemahiran yang hendak dikendalikan yang berkaitan dengan PBBK, ianya haruslah mengambil kira minoriti yang tidak berminat dalam penggunaan komputer dalam kelas bahasa mereka. Ini berpadanan dengan dapatan kajian yang dijalankan oleh Norizan Abdul Razak dan Salleh-Huddin Abdul Rashid (1997) yang menyarankan bahawa guru-guru perlu mrngikuti kursus-kursus komputer terutamanya yang berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran bahasa kerana hasil kajian beliau mendapati terlalu kurang guru yang mendapat latihan penggunaan komputer khususnya dalam pengajaran bahasa.

2. Tahap kemahiran menggunakan komputer



Rajah 3. Tahap kemahiran menggunakan komputer

Seramai 4 orang atau 10% daripada guru bahasa Arab merasakan mereka mempunyai tahap kemahiran yang tinggi dalam menggunakan komputer dan hampir separuh atau 47.5% yang mewakili 19 orang guru adalah mahir menggunakan komputer. Ini bermakna guru yang mempunyai tahap kemahiran yang tinggi dalam penggunaan komputer kemungkinan tidak mempunyai masalah sekiranya diberi latihan untuk PBBK dalam P&P bahasa Arab kerana mereka dapat memahami dengan mudah dan cepat. Begitu juga dengan guru yang mahir dalam penggunaan komputer, di mana mereka dapat dibimbing dengan mudah sekiranya diberi latihan dan kursus yang berkaitan dengan PBBK.

Walau bagaimanapun, 15 orang atau 37.5% daripada guru adalah kurang mahir dan 2 orang atau 5% tidak mahir langsung menggunakan komputer. Bagi guru-guru yang kurang mahir dan tidak mahir, mereka memerlukan latihan dan kursus-kursus yang berbentuk intensif dan ekstensif bagi membantu mereka menggunakan komputer sekiranya P&P bahasa Arab berbantukan komputer ini (PBBK) ingin diimplementasikan.

3. Persepsi guru terhadap pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer



Rajah 4. Persepsi Guru Terhadap PBBK

Bagi soalan yang meninjau tentang persepsi para guru terhadap penggunaan PBBK dalam P&P bahasa Arab, 100% menyatakan bahawa mereka percaya yang pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer boleh membantu meningkatkan kemahiran pelajar mereka terhadap bahasa Arab. Seramai 100% juga menyatakan bahawa PBBK dapat membantu meningkatkan mutu pengajaran mereka. Lebih 90% menyatakan bahawa mereka percaya yang PBBK dapat menjimatkan masa dan tenaga semasa P&P dan dapat memudahkan proses pengajaran mereka. Statistik ini menunjukkan bahawa para guru mempunyai persepsi yang sangat positif dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer.



Rajah 5. Tahap Kepekaan Guru Terhadap Teknologi Maklumat

Bagi persoalan yang menyelidiki tahap kepekaan terhadap teknologi maklumat, 17 orang atau 42.5% menyatakan mereka sangat peka terhadap isu-isu yang berkaitan dengan penggunaan teknologi dalam pendidikan, 22 orang atau 55% adalah peka manakala seorang yang mewakili 2.5% lagi tidak peka terhadap isu di atas. Bagi isu yang berkaitan dengan hubungan antara masyarakat dan teknologi maklumat, 15 orang atau 37.5% adalah sangat peka manakala 24 lagi atau 60% menyatakan mereka peka dan seorang tidak peka yang mewakili 2.5%. Ini menunjukkan bahawa tahap keprihatinan guru-guru bahasa Arab dengan isu-isu yang terlibat adalah tinggi dan ia menunjukkan satu petanda yang baik sekiranya PBBK hendak dilaksanakan dalam P&P.

4. Peranan dan tahap kesediaan guru dalam pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer



Rajah 6. Peranan Guru Dalam PBBK

Dalam soalan yang menyelidiki tentang peranan guru dalam proses P&P bahasa Arab berbantukan komputer sekiranya ianya dijalankan di sekolah-sekolah, seramai 25 orang guru atau 62.5% berpendapat bahawa peranan guru adalah sebagai fasilitator sahaja dan 15 orang yang lain atau 37.5% menyatakan guru harus berperanan sebagai pengajar, fasilitator dan juga pengurus sumber. Daripada statistik ini, menunjukkan kebanyakan guru masih belum memahami peranan mereka sekiranya PBBK dilaksanakan kerana tugas guru bukanlah sebagai fasilitator sahaja, malah lebih daripada itu bagi menjayakan pengajaran dan pembelajaran berbantukan komputer.

Rajah 7. Tahap Kesediaan Guru Menggunakan PBBK

Meninjau tentang tahap kesediaan guru dalam mengendalikan proses pengajaran dan pembelajaran menggunakan PBBK, seramai 27 orang atau 67.5% mempunyai tahap kesanggupan yang sangat tinggi untuk mengikuti latihan PBBK dan seramai 13 orang lagi atau 32.5% sanggup menghadirinya. Tidak ada di antara para guru yang menolak atau tidak mahu menghadiri latihan PBBK sekiranya ianya diadakan. Data ini menunjukkan bahawa para guru bahasa Arab mempunyai tahap kesediaan yang amat tinggi dan bermotivasi untuk menghadiri sebarang bentuk latihan bagi meningkatkan pemahaman dan penguasaan mereka dalam PBBK seterusnya mengaplikasikan ilmu yang mereka dapati itu dalam P&P bahasa Arab.

Rajah 8. Keperluan Diberikan Insentif Kepada Guru

Seramai 36 orang guru atau 90% menyatakan bahawa perlunya diberikan insentif kepada guru-guru yang menggunakan PBBK dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab. Statistik ini menunjukkan bahawa sebarang usaha untuk mengadakan PBBK di sekolah perlu mengambil kira isu-isu pengurusan sumber manusia supaya guru-guru tidak merasa tertekan dan terbeban dengan tanggungjawab yang diberikan.

Cadangan Kajian

Daripada dapatan kajian, beberapa cadangan dikemukakan bagi penggunaan komputer dalam proses pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab iaitu:

1. Para guru perlu diberi pendedahan, latihan dan kursus-kursus kemahiran penggunaan komputer secara optimum yang berterusan oleh pihak yang bertanggungjawab seperti Kementerian Pendidikan dan Bahagian Pendidikan Guru supaya para guru sentiasa mendapat informasi terkini dan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan diikuti dengan pengaplikasian teknologi dalam P&P mereka.

2. Sebarang bentuk latihan dan juga kursus-kursus yang hendak dikendalikan adalah disarankan supaya merangkumi semua tahap kemahiran teknologi maklumat memandangkan masih ada lagi guru yang kurang dan tidak mahir langsung menggunakan komputer.

3. Untuk implementasi PBBK dengan berkesan di sekolah, pihak-pihak yang terlibat perlu memikirkan insentif yang bersesuaian kepada para guru sebagai satu galakan dan motivasi kepada mereka supaya mereka tidak merasa tertekan dan terbeban dengan tanggungjawab yang diberi.

4. Kementerian Pendidikan hendaklah melengkapkan sekolah dengan kemudahan prasarana yang secukupnya bagi menjana teknologi maklumat supaya para pelajar dan guru mendapat faedah yang maksimum dalam pengajaran dan pembelajaran mereka bersesuaian dengan arus masa kini.

Kesimpulan

Daripada kajian yang telah dijalankan dan berdasarkan pemerolehan data yang diperolehi, dapat dibuat kesimpulan bahawa walaupun skop penggunaan komputer dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab adalah di tahap minimum, namun guru-guru bahasa Arab mempunyai persepsi yang sangat baik dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer di mana 100% daripada para guru percaya bahawa PBBK dapat meningkatkan mutu pengajaran mereka dan meningkatkan kemahiran pelajar terhadap bahasa Arab dan lebih 90% menyatakan bahawa mereka percaya yang PBBK dapat menjimatkan masa dan tenaga dan memudahkan proses pengajaran mereka. Namun begitu, pemahaman mereka terhadap penggunaan PBBK masih belum memuaskan kerana masih ada lagi guru yang beranggapan bahawa tugas mereka hanyalah sebagai fasilitator dan menjadi lebih mudah semata-mata dengan menggunakan PBBK, sedangkan tugas mereka meliputi semua aspek iaitu sebagai fasilitator, pengurus sumber dan juga pengajar. Oleh yang demikian, bagi meningkatkan lagi tahap pemahaman mereka terhadap PBBK ini supaya ia dapat dilaksanakan dengan jayanya, para guru bahasa Arab mempunyai tahap kesediaan yang amat tinggi untuk menghadiri sebarang kursus yang akan dikendalikan oleh pihak yang bertanggungjawab.

Memandangkan kajian ini adalah satu kajian awal, pengkaji berharap satu kajian empirikal yang lebih mendalam yang mengkaji tentang penyediaan bahan perisian yang bersesuaian akan dapat dijalankan, supaya bahasa Arab dapat dipelajari dengan kaedah yang lebih mudah dan efektif yang mengikuti perkembagan semasa supaya ia dapat berkembang dengan lebih meluas lagi.

Rujukan

Adi Afzal Ahmad. 1996. On tour : the multimedia courseware for students of KBSM English.Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Afendi Hamat. 1 995. A computer-assisted language learning for English proficiency courses at UKM. Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Ahmad, K., Corbett, G., Rogers, M. & Sussex, R. 1985. Computers, language learning and language teaching : Cambridge University Press.

Fox, G. 1998. The Internet: making it work in the ESL classroom.The Internet TESL Journal, 4/9.

Hannafin R. D. & Freeman, D. J. 1995. An exploratory study of teachers’ view of knowledge acquisition. Educational Technology. 35 (1): 49-56.

Hazeline Mahmood. 1998. A multimedia CALL programme : D.R.E.A.M. Unpublished Undergraduate Thesis. (B. Ed. TESL Program) , Universiti Kebangsaan Malaysia.

Ismail, I. 1996. The effectiveness of using CoMIL in teaching a unit of form four KBSM syllabus to form four students in a rural area. Unpublished Undergraduate Tesis , Universiti Kebangsaan Malaysia.

M. Noor Azman Othman. 2000. The effects of Quickster, a computer reading software, on the students’ reading speed, reading time, and reading comprehension. Unpublished Graduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Nor Hanim Hamdan. 1994. The application of CALL in learning vocabulary especially in contextual clues among form one ESL students. Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Norizan Abd Razak dan Sallehudin Rashid. 1996. Classroom beyond 2000: problems and issues in implementing CALL in Malaysian secondary schools . Paper presented at RELC Seminar 1996: Language Classrooms of Tomorrow: Issues and Responses, Singapore, 22-24 April 1996.

Nurfariza Sulaiman. 1998. An investigation of computer literacy courses for B. Ed. TESL program in selected universities : suggestions for implementation. Unpublished Undergraduate Thesis , Universiti Kebangsaan Malaysia

Oxford, R. 1990. Language learning strategies: what every teacher should know. Rowley : Newbury House.

Rohaya. 1991. CALL: the teaching of English at lower secondary schools. Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Said Draman. 2001. Pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab berbantukan komputer : persepsi guru-guru bahasa Arab di Daerah Hulu Langat. Unpublished Graduate Thesis, Universiti Kebangsan Malaysia.

Supyan Hussin. 1994. The effectiveness of computer-assisted language learning in ESL classrooms at Universiti Kebangsaan Malaysia. Unpublished Doctoral Dissertation, University of Illinois, Urbana Champaign.

Ta’imah, R.M. 1990. Al-Muhtawa al-thaqafiyy fi barnamij ta’lim al-‘arabiyyah ka lughat thaniyah fi al-mujtama’at al-islamiyyah, itar muqtarah. Kertas Kerja, Nadwat Tatwir Ta’lim al-Lughat al-‘Arabiyyah fi Maliziyya. Universiti Islam Antarabangsa.

Underwood, J. 1984. Linguistics, computers and the language teachers : a communicative approach. Rowley, MA: Newbury House.

Wan Zumusni Wan Mustapha. 1999. A study of teachers’ and students’ perception on CALL in Kolej Yayasan Pelajaran Mara, Bangi. Unpublished Masters Practicum Paper , Universiti Kebangsaan Malaysia.

Warschauer, M. 1996. Computer assisted language learning : an introduction. In S. Fotos (Ed.), Multimedia Language Teaching :. 3-20. Tokyo : Logos International.

Warschauer, M. 1997. The Internet for English Teaching: guidelines for teachers’. TESL Reporter, 30/1: 27-33.

Zoraini Wati Abas. 1992. Penggunaan teknologi maklumat (komputer) dalam pendidikan Islam : keperluan dan masalah. Kertas kerja Seminar Pendidikan, Pendidikan Islam Era 2020 Tasawwur Dan Strategi. Maktab Perguruan Islam, Bangi, 9-10 Oktober

Zubaidah Zakaria. 1996. A-Cess : a self-access courseware for form three students. Unpublished Undergraduate Thesis , Universiti Kebangsaan Malaysia

Zuwati Hasim. 1998. Computer assisted language learning (CALL) : the use of basic language explorer as an educational aid in the teaching of English grammar and reading for VG1013 . Unpublished Undergraduate Thesis, Universiti Kebangsaan Malaysia.

Lampiran

Biodata

Ashinida Aladdin merupakan seorang pensyarah Bahasa Arab dan telah mengajar selama 12 tahun. Mendapat ijazah pertama dalam bidang linguistik Bahasa Arab di Universiti Mohd El-Khamis, Rabat, Morocco pada tahun 1991 dan Ijazah Sarjana dalam Pengajian Bahasa Moden dari Universiti Malaya pada tahun 1999. Di antara bidang kajian beliau ialah sosiolinguistik, pengajaran bahasa berbantukan komputer dan struktur bahasa Arab.

Mohd. Shabri Bin Yusof merupakan seorang pensyarah yang berpengalaman dalam pengajaran Bahasa Arab. Perjuangan beliau bermula dengan mengajar bahasa Arab (BA) di sekolah semenjak tahun 1991. Mula bertugas di UKM pada tahun 1995 sebagai pensyarah BA di Pusat Matrikulasi Undang-undang dan kemudiannya ditempatkan di PPBL pada tahun 1998 sehingga kini. Beliau berkelulusan B.A. (Hons) Al-Azhar, Egypt dalam bidang Pengajian Islam dan Arab, M.A (Leeds) dalam bidang pengajaran BA sebagai bahasa asing (TAFL). Kini, beliau sedang menyiapkan tesis Ph.D dalam bidang tatabahasa Arab secara separuh masa. Bidang pengajaran dan penyelidikan adalah (TAFL), tatabahasa Arab dan pengajaran dan pembelajaran BA berbantukan komputer.

home | e-mail

© 2003/ PPBL Webmaster

http://www.fpbahasa.ukm.my/journal/20040101.htm

No comments: